AL CAPONE sejarah singkat (8)

Jack Guzik

 AL CAPONE TIBA DI CHICAGO

      Inilah yang terjadi ketika Torrio membawa Al Capone, 22 tahun usianya saat itu. Dari pekerjaan sebelumnya sebagai tenaga pembukuan di Baltimore, memasuki ke basahnya organisasi kriminal. Uang dan kesempatan menjadi magnet yang sangat kuat sehingga tak ada hal lagi yang memalukan ketika Al mengelola rumah bordil. Tahun 1921 Al Capone memperoleh kembali kehormatannya.

      Dengan segudang ketrampilan bisnis yang Al rekarang menjadi mitra bagi Torrio, bukan bawahan. Al mengambil alih pengelolaan usaha sebagai manager di empat wilayah, sementara Torrio menguasai markas di dekat tanggul. Bisnis perjudian dan rumah bordil mereka berkembang pesat, segera saudara Al pun mulai bergabung, Ralph Capone.

      Pada waktu inilah ketika bisnis berkembang Al mulai mengenal Jack Guzik. Keluarga Guzik adalah keluarga Yahudi yang mapan. Namun masih ortodok meski kehidupannya di topang dari bisnis pelacuran. Mirip dengan gaya hidup Torrio, Guzik adalah orang yang setia pada keluarga, dan bersikap sebagai kakak bagi Al muda. Sekali lagi menunjukkan kemampuan untuk melangkah lebih jauh di luar komunitas Italia. Yang sebelumnya telah menikahi seorang gadis Irlandia. Sekarang teman baiknya adalah orang yahudi.

Rumah Al Capone

      Al melakukan hal yang tepat dalam masalah keuangannya, tak lama sebuah rumah sederhana di Praire Avenue 7244 berhasil dibelinya. Dalam lingkungan barunya yang saling menghormati sesama tetangga, Al membawa tidak saja Mae dan Sonny buah hatinya, tetapi juga ibunya serta saudaranya. Di lingkungan masyarakat sekitarnya Al dikenal sebagai pengusaha jual beli furnitur bekas. Dan seperti itulah kehidupan dan kehormatan Al Capone berjalan.

      Bergreen yakin bahwa rumah yang dibeli Al di Praire Avenue adalah sebuah bentuk penebusan dan perwujudan rasa tanggung jawab Al terhadap keluarganya. Meskipun Al mempunyai titik lemah dalam hal sumber nafkahnya. Reputasinya dan posisinya di masyarakat sangat penting bagi Al Capone. Semakin sukses dalam karier kejahatannya, semakin pula ia menjadi ideal bagi keluarganya.
Seolah-olah mereka tak peduli untuk membuktikan ketidak bersalahan Al Capone bahwa ia bukan monster seperti apa yang tertulis di koran-koran tentangnya.
--bersambung--