komuitas sosial |
Budaya nongkrong bagi kita sudah tak asing lagi, malah mungkin menjadi sebuah kebutuhan. Di belahan bumi manapun ikut dalam satu tongkrongan tak jauh berbeda, menjadi budaya. Sebagai makhluk sosial manusia memang butuh pengakuan atas eksistensinya dalam masyarakat, untuk berinteraksi dengan sesamanya. Entah sejak kapan budaya tongkrongan mulai menjadi kultur populer, mungkin sejak manusia muncul di bumi ini.
Nongkrong biasa dilakukan bila waktu senggang tak ada kegiatan atau kesibukan. Tempat nongkrong bisa dimana saja, pokoknya yang dianggap paling nyaman dan sesuai kebutuhan. Ngobrol dan ngomongin sesuatu mulai gosip artis, peristiwa aktual atau politik. Ada pula yang melakukan hobi bersama teman nongkrong, semisal ngopi atau makan bareng.
Dari tongkrongan terkadang dihasilkan ide-ide kreatif untuk hal yang positif. Bisa membesar dan menjadi gerakan massif dalam skala yang lebih luas. Mempengaruhi penjualan secara ekonomi, meruntuhkan sebuah rezim atau pula membentuk budaya yang benar-benat baru. Terbentuknya komunitas-komunitas dan terselenggaranya suatu event adalah bentuk evolusi dari nongkrong bersama.
Sebuah contoh lain adalah arisan, arisan keluarga kita ambil saja. Kegiatan rutin arisan keluarga pada awalnya hanyalah kumpul-kumpul antar saudara insidensial, tanpa jadwal dan hanya tanya kabar dan keadaan masing-masing. Sampai akhirnya diusulkan agar ada pertemuan rutin terjadwal agar semua saudara dapat bertemu dan saling peduli satu sama lain. Saling membantu bila ada keperluan da untuk lebih mempererat hubungan persaudaraan. Dan kegiatan arisan kekuarga pun banyak ditiru oleh keluarga-keluarga lain karena mengingat manfaatnya yang sangat besar. Maka jadilah sebuah budaya baru dalam hidup bermasyarakat, budaya arisan keluarga.
Cukup simpel dan klise namun itulah kenyataan yang terjadi dan sebagai makhluk sosial, mau tak mau kita musti ikut aktif didalamnya. Dan banyak lagi kegiatan 'nongkrong' versi lain yang kita jumpai dalam hidup sehari-hari. Pengajian, acara-acara resmi dan lain sebagainya, bahkan dalam adat Jawa misalnya ada hajatan. Orang jawa menyebutnya sebagai "Jagongan" atau ngobrol bersama ditempat hajatan. Disitu kita bisa saling berbagi saling peduli antara sesama manusia. Disitu pula pengaruh tersebar bersama ide dan kelakar secara santai dan penuh keakraban.
Budaya latah dalam tongkrongan
Reviewed by seno
on
08:01:00
Rating:
tapi sejak ada media sosial banyak yang nggak nongkrong lagi jadinggak ada lagi deh budayalatah...eh
ReplyDeleteKlo latah di sosmed agak beda mang...
DeleteSekarang nilai keakraban rasanya sudah mulai berkurang ya mas,contohnya saja waktu ada acara PENGANTIN/KAWINAN kalau dulu hari Jum'at saja sudah ramai apalagi hari Minggunya..kalau sekarang Hari H nya saja agak sepi.
ReplyDeleteNah itulah yang saya maksudkan, kalo pas suntuk cari teman nongkrong bisa jadi obatnya. Tongkrongan itu bisa dimana saja kan, termasuk didepan layar monitor..
ReplyDeleteSekarang nongrongnya di ganti di layar yamas Cilembu Thea
ReplyDeletebetul banget :)
ReplyDeleteJujur sekarang jarang nongkrong lagi sejak ngeblog...penginnya ddidepan Kompi aja
ReplyDeleteJujur sekarang jarang nongkrong lagi sejak ngeblog...penginnya ddidepan Kompi aja
ReplyDeletesekarang udah jarang nongkrong
ReplyDeletesejak kerja
hiks
saya baru memulai arisan keluarga, manfaatnya untuk mempererat tali silaturahim aja
ReplyDeletePunya temen nongkrong laki-laki lata,,,,kyaknya kocak juga ya...
ReplyDeleteKesempatan bisa narsis di tongkrongan..hhh
ReplyDeleteSelagi bernilai positif sah-sah saja ya mas...anggap saja silahturahmi. asal jangan nongkrong atau kumpul-kumpul yang bersifat negatif
ReplyDeleteMantaplah yang penting hepi
ReplyDeleteSemenjak ada laptop, nongkrongnya ganti depan layar terus bang, gak pernah seperti dulu lagi,,,Hehe
ReplyDelete