Sore itu Weni, nama samaran, bersiap dandan sehabis membersihkan diri. Tapi seperti biasanya Weni tak terlalu terburu waktu, masih beberapa jam lagi saat dia untuk berangkat. Jadi dandannya hanya sekedar rapi, tak perlu menor karena Weni sendiri sudah cantik alami. Di umur yang masih muda belum genap 17 tahun, Weni bak bunga yang mekar dan siap menarik kumbang datang kepadanya. Sungguh karena keadaanlah Weni terpaksa tidak mementingkan sekolah, Weni lebih suka mencari uang.
Pagi sampai siang adalah waktu istirahat yang paling pas buat Weni, seorang pramuria sebuah kafe karaoke. Kafe remang-remang tempatnya bekerja berada disudut terminal, hanya buka malam hari saja. Weni bersama empat wanita bekerja di kafe itu melayani dan menemani para tamu dari malam sampai dini hari.
Banyak yang bilang bahwa pekerjaan Weni dkk itu pekerjaan bersenang-senang saja. Duduk-duduk ngobrol sambil menyanyi karaoke sembari menegak segelas demi segelas. Kadang menemani berjoget mengikuti kemauan pelanggan didepan layar karaoke, membawa mike menyanyi dan berjoget begitu terus sampai teler. Adakala seorang penggunjung ada yang sedikit nakal mencoba menjamah Weni dkk, bahkan mengajak yang lebih jauh. Tetapi memang itu bukan menjadi masalah karena sudah ada bagian security yang akan menangani.
Dari segi gaji, Weni hanya mendapatkannya cuma kecil saja. Penghasilan yang lebih besar didapat dari tamu yang dengan sukarela memberi tips, selembar uang lima puluh ribuan atau seratusan ribu kalau tamunya berkantong tebal. Kadang juga secara rahasia para pramuria ini mengungkapkan bahwa mereka bisa mendapatkan hasil lebih asal bisa merekomendasikan untuk menjual minuman lebih banyak pada para tamu. Coba bayangkan seandainya banyak tamu yang datang pada tiap malam, bisa dapat berapa uang dalam rupiah.
Tak banyak orang tahu memang atau sengaja cuek dengan para pramuria semacam Weni dkk ini. Judgement yang terdengar biasanya mereka bisa dipakai, bisa diajak keluar dan sebagainya. Sebuah resiko pekerjaan yang teramat riskan sebenarnya tapi apa boleh buat, karena untuk sementara ini hanya hal itulah yang menghasilkan sesuatu. Sesuatu yang bisa dimakan sehari-hari dan untuk mengikuti gaya hidup jaman sekarang. Hedonisme dan materialisme telah banyak menjerumuskan manusia ke dalam lubang yang gelap dan dalam. Memperbudak manusia menjadi hamba-hamba dari tuntutan kebutuhan kehidupan yang bersifat materi dan fana. Yah itulah sekelumit cerita dari dunia remang-remang, dari seorang wanita muda yang berprofesi sebagai seorang pramuria.
Kisah seorang Pramuria
Reviewed by seno
on
23:17:00
Rating:
Mirisnya, makin banyak aja Weni-weni lain di kota-kota besar...
ReplyDeleteckckck
:(
Realita, yang sudah menjadi rahasia umum
ReplyDeleteDan tak ada tindakan pemerintah yang berarti....
ReplyDelete